AGNES MONICA , SIGI WIMALA ATAU VOKALIS YOVIE AND THE NUNO…?
KEMBALI KE SOLO (PART 1)
Hari itu, hari Kamis sore menjelang senja. Aku berencana pergi ke Solo menemui teman-temanku yang sangat aku rindukan. Saat itu seminggu setelah kepulanganku dari Borneo dan tentu saja setelah badanku agak baikan dari acara usung usung meja ke kamarku pada cerita sebelumnya. Dengan motorku dan hati penuh keceriaan, aku pun menuju ke stasiun berboncengan dengan si inem yang akan membawa pulang kembali motorku. Begitu sampai di stasiun, aku pun menerobos saja mas-mas yang ribet banget tanya-tanya soal prameks ma mbak-mbak tukang tiket. Berhubung masnya biasa aja tampangnya, naluriku pun biasa aja bahkan lebih geregetan soalnya ga perlu deh tanya-tanya ribet gitu secara jelas terpampang di papan jadwal lengkap prameks. Kecuali si mas itu emang ga bisa baca kali ya ! Bayangin aj gimana Indonesia bisa maju coba, kalau semua papan petunjuk ga ada yang dibaca ma calon penumpang kereta. Bisa-bisa mba-mba tukang tiket itu juga bisa kehabisan nafas ngejelasin ke semua cowok kayak mas nya itu, padahal masnya itu cuma butuh ke Yogya lagi. Aku sih cuek aja saat mas nya kelirik sirik gitu saat aku serobot,hehehe…
Setelah melewati petugas peron yang lumayan cepat tanggap, aku pun menuju prameks yang sudah menunggu para penumpangnya. Saat itu, aku merasa si prameks begitu longgarnya karena saking sedikitnya penumpang yang ada didalamnya. Dalam tiap gerbong paling-paling hanya ada 2 pasang manusia, ada kakek nenek, ada mas mas, ada mba dan mas, dan ada juga om-om sendirian. Aku maju terus sampai gerbong depan, dimana tak kutemukan manusia pun. Aku memang lagi males banget bersosialisasi so aku cuma emang mau sendirian mengenang perjalanan prameks yang telah kutinggalkan sejak setahun lalu. Sembari aku membuka-buka inboxku sambil cekikikan sendiri melihat sms dari anak-anak kos yang sudah tak sabar bertemu denganku, aku pun memakai sweaterku karena angin emang kenceng sekali. Lagipula badanku emang ga pernah kuat jika harus ke-angin-anginan, so jadilah kebiasaanku dari dulu untuk selalu memakai jaket atau sweater kemana pun diriku pergi.
Sesampainya di Stasiun Balapan Solo, aku hirup dalam-dalam udara Solo yang sangat aku rindukan. Aku melangkah pelan-pelan keluar stasiun menuju tukang becak-becak. Itu bukan berarti aku ingin naik becak lho, tapi aku janjian ketemu dengan orang suruhan Mba Ache yang menjemputku di parkiran tukang becak tersebut. Hehee, kalau dipikir-pikir lucu juga semisal aku mau mbecak dari stasiun sampai ke rumah Mba Ache. Pasti aku jamin, si tukang becak yang mau mengangkutku ga bakal mbecak lagi keesokkan harinya. Bukan apa-apa sih, cuma badanku yang bertambah besar semenjak aku di Borneo pasti akan membuatnya bekerja 2 kali lebih berat, belum lagi jaraknya yang lumayan juuuauh. Ah, apapun itu, intinya aku juga ga mau ngeluarin duit lagi buat becak, lha wong ya udah enak-enak dikirim orang buat njemput aku, kenapa mesti menolak, iya to?
Yang paling menyebalkan dalam perjalananku ke Solo saat itu adalah barang bawaanku yang lumayan berat. Padahal aku hanya akan berada di Solo 4 malam 3 hari, dan bagiku cukup hanya membawa 1 celana jean yang aku pake, celana pendek buat tidur dan nyantai di rumah Mba Ache atau di kos, dan 4 kaos T-shirt. Sweater juga aku pake saat dijalan, so menurutku akan enak-enak aja jalan. Sayangnya, semua tidak seperti yang kupikirkan. Mamiku dengan PeDe nya nitip 20 butir telur asin dan 2 kilo jeruk buat oleh-oleh Mba Ache. Dan kakak iparku di malam sebelumnya, juga telah dengan tidak sengaja membuat laptopku error gara-gara lagi marahan sama kakak perempuanku di telpon dan entah bagaimana, jarinya memencet sesuatu di laptopku yang lagi dipakainya. Alhasil, akulah yang dirugikan karena percek-cokkan yang ga penting banget buat aku. Bayangin aj, mereka marah-marah yang ga ada sangkut pautnya ma aku di telpon, dan laptopku yang jadi rusak? Mending kalau marah-marahnya tepat berada didepan mataku dan laptopku sekalian dibanting saat itu. Ehm, pasti itu akan jadi pertunjukkan teater yang keren banget, dan untungnya lagi, tanpa mereka bisa berdalih, aku bisa menuntut untuk dibelikan laptop penggantinya, keluaran Sony yang handy banget itu dan full colour itu lho, tau kan? Hiks, jadi mupeng aku…
Yah begitulah, akhirnya aku ke Solo dengan tas punggung berat berisi laptopku yang error dan satu tas travel berisi pakaianku dan jajan dari ibuku yang lebih berat lagi. Fiuh, untung sebanding ma senangnya hatiku saat itu, bisa ketemu Mba Ache lagi, juga Tya adiknya yang seumuran denganku, yang mana kita berdua sama-sama disebut “Tante Gila” buat Baleon putra kecilnya Mba Ache yang lagi belajar jalan. Bukan sebutan yang asyik sih, tapi mungkin emang gitu kenyataannya,hehee. Dan entah bagaimana, itu juga yang bikin aku kangen banget buat ke rumah Mba Ache. Sedang Mba Ache, semenjak aku di Borneo sudah selalu bilang kangen ma aku lewat sms, apalagi kalau di TV dia baru aj liat vokalisnya “Yovie and The Nuno”, pasti deh ga telat sms. Itu karena emang mukanya si vokalis itu mirip banget ma aku katanya. Bahkan ga cuma dia sih yang bilang gitu, semua orang di Pusat Komputer, tempatku magang dulu juga hampir semuanya bilang gitu. Mungkin emang bener kali, meski aku cewek, rambutku emang pendek banget kayak si vokalis itu, begitu pula kacamataku yang selalu setia kupakai. Tapi, kalau aku sih selalu merasa, si vokalis itu deh yang meniru gayaku,hehehe…secara udah lama gitu loh aku seperti itu, sebelum munculnya dia !
Namun demikian, dari sekian banyak artis yang emang sering disama-samain denganku, entah emang mukaku yang ngartis banget tiap kali aku ganti gaya rambut atau artis-artis itu yang coba nyama-nyamain aku,hihihiii…Bagiku, aku paling seneng saat aku dibilang mirip Sigi Wimala. Wah, saat itu aku yang masih kuliah semester 5, saat menyenangkan apalagi saat itu ada cowok yang suka ma aku. Sayangnya, aku bisa suka dia setelah dia bener-bener pergi sekarang, hiks. Yang paling lucu, justru saat aku disama-samain ma Agnes Monica, wah hal itu melekat pada diriku sejak aku berada di SMU, lalu terhenti beberapa lama, dan sekarang, saat Agnes memotong habis rambutnya, lagi-lagi aku dimiripkan deh ma dia. Yang menyedihkan sih, nasib gue ga pernah sama ma artis-artis yang banyak mirip dengan diriku itu,hehehe…But, it’s okey, ‘cos I always love my every single days, no matter what !!!
Malam harinya, aku hanya mengobrol dan cerita-cerita sedikit dengan Mba Ache, sekedar merefresh hal-hal yang ketinggalan selama semedi ku di Borneo. Merefresh, karena sebenarnya sebagian besar juga sudah aku ketahui dari sms temen-temen ke aku. Tapi bagiku dan mba Ache, rasanya kurang afdol saja kalau kita belum discuss and menaganalisis semua hal face to face. Hal yang menarik, kita selalu membicarakannya dengan bahasa planet kami, sindiran-sindiran cerdas dan membuat kita berdua tertawa terbahak-bahak. Hal yang hanya kami pahami berdua, bahkan Tya yang semalaman duduk bersama kami pun ga paham, tapi dia tetap ikut tertawa karena melihat lucunya kami tertawa. Hahahaa…bodoh kan?
Pagi harinya, Mba Ache sudah berangkat ke kantor dan aku memakai motornya Tya menuju kos-kosan lamaku untuk menemui teman-teman yang sama gilanya denganku. Well, sebenarnya sudah sejak dari semalam aku ingin menginap di kos ku dulu, tapi aku urungkan karena tidaklah sopan jika aku tidak sowan dulu ke Mba Ache yang adalah orang tua bagiku di Solo. Dia sebenarnya dulu adalah bos besarku magang, tapi hubungan yang sangat baik, dan isi otak yang sama-sama gila dan sama-sama nyambung dalam banyak hal, jadilah kami bak pinang dibelah dua. Sesampainya aku dikos, sial banget deh, karena tinggal beberapa orang saja yang dulu satu generasi denganku, so pertama-tama ga welcome banget. Belum lagi, temen deketku yang lagi sedih-sedihnya putus ma pacarnya, dan dah aku bela-belain untuk segera bertemu, malah lagi pergi ke warnet, menghilangkan stressnya. Setelah aku sms, dia pun bilang akan segera pulang ke kos, dan aku diminta nemuin adik kosku yang lain dulu. Tadinya aku berfikir, Saking ga menyangkanya kalau aku udah sampe di Solo, si adik pun teriak heboh karenanya. Tapi ternyata tidak, dia berteriak karena jerawatku yang tambah banyak dan badanku yang tambah gede. Sampai-sampai aku mau mencium pipinya pun, ditolaknya aku, katanya dia takut jerawatku akan menular di pipinya. Sial banget ga sih…(Jangan sedih gitu deh mbacanya, dia tetep nyium aku kok akhirnya!)
Begitu pula reaksi Galuh, sobat gilaku yang satu ini. Memang mereka sering berkomplot begitu melawanku, apalagi kalau aku sudah keluar kebodohannya (U know lah, aku terlalu tidak peduli dengan semua tindakan dan omoganku,hihiiii…). Seperempat hari sudah, aku di kos bersama anak-anak gila itu, mengobrol ngalor ngidul ga jelas, sambil tidur-tiduran, yang merupakan kebiasaan buruk kami. Sangat buruk malahan, karena setiap kali ada salah satu anak yang punya rencana untuk hengkang dari aktivitas itu, mereka hanya sanggup mengucapkannya saja, tanpa pernah bisa benar-benar meninggalkan obrolan dan aktivitas leyeh-leyeh kami itu. Ketika itu pukul 10.03 si adik bilang, “Mba’ aku mandi dulu ya…”, dan serta merta kami pun mengiyakan bahkan mengusir-ngusirnya dari kamar galuh tempat kami leyeh-leyeh. Tapi tetap aja dia berada di depan computer memainkan game level 1 yang ga juga selesai-selesai. Begitu pula ketika jam dah pukul 11.03, dia belum juga bisa lolos level 1 dan hanya selalu bilang mau mandi, tanpa sedikit pun beranjak meski kita udah mati-matian mengejek permainan game nya dan semua bantal sudah melayang ke kepalanya. Begitulah dia, ga juga mau pergi dan terus saja ikut nimbrung obrolan kami, bahkan lebih sering dia lah yang emosi dan bersuara vokal . Bagi aku dan galuh, kita sudah sangat paham akan hal itu, so kita biarkan saja dia tanpa mau lagi kita menyuruhnya mandi.
Akhirnya pukul 12.03, aku dan galuh sudah kehabisan bahan bercerita, dan memutuskan pindah kamrnya si adik buat nonton vcd, karena computer si adik punya fasilitas cd room, tidak seperti computer galuh yang selalu dijadikan pusat nge-game dan pelampiasan emosi anak-anak kos karena terdapat banyak game yang bisa menenangkan hati dengan karakter game yang serba anarkis. Kepindahan kami untuk nonton film pun diikuti si adik, meski aku yakin si adik juga paham kalau film itu sebenarnya alasan aku dan galuh bisa menemukan hal-hal lain untuk kami tertawakan. Bagaimana mungkin bisa serius nonton film di kos, wong ya film yang di pinjam juga film-film aneh semua. Sambil sesekali melirik film yang ga serius kami tonton pun, obrolanku dengan galuh tetap saja sampai kemana-mana. Si adik pun tetap saja mengikuti kami, sambil menempatkan diri dengan pose menonton film yang nyaman dan memeluk gulingnya. Si adik pun tetap saja nimbrung obrolanku dengan galuh yang juga tetap makin ga jelas, tapi ada yang lain dari si adik, dia mulai sering garuk-garuk kepalanya. Dan mungkin karena hari yang semakin siang dan panas, hingga kami pun hanya ber tank-top ria, si adik pun akhirnya memutuskan untuk beranjak dengan bilang,” Mba’ aku dah ga betah, aku keramas dulu ya…”. Eng Ing Eng…saat itu tepat pukul 12.03, dan si adik pun pergi ke kamar mandi tapi bukan untuk mandi, cukup sekedar keremas…Gubraak !!!
*Buat temen-temen kosku yang gila-gila semua : Sering-seringlah mandi dan jangan nggosip melulu !!!