Pramex-ku Yang Ku Cinta, Dimata Mahasiswa Asing…

KEMBALI KE SOLO (PART 3)

PRAMEX-KU YANG KU CINTA, DIMATA MAHASISWA ASING…

Ruang bioskop yang tadinya gelap gulita dan hanya terkena cahaya dari layar lebar yang ada didepan, tiba-tiba aja berubah menjadi terang benderang. Aku pun dengan malasnya masih duduk-duduk saja di kursiku, begitu pula Galuh. Maklum kita berdua sadar akan badan kami yang memang bonsor dan pastinya hanya akan memenuhi pintu keluar disamping ruangan. Setelah hampir habis orang yang ada didalam bioskop, aku pun mulai beranjak bersama Galuh. Tapi tak berapa lama aku tertawa cekikikan berdua dengan Galuh, karena aku yakin yang ada di otak kami itu isinya sama. Bagaimana kita tidak tertawa? Sesaat setelah kita berdiri tegak, mbak-mbak yang salah kostum dan yang dari tadi uring-uringan karena salah memilih film itu, akhirnya lewat didepan kami. Aku sih berharap mbak-mbak itu kalau besok-besok mau nonton film lagi, setidaknya mencari dulu lah referensi film yang mau ditontonya itu, jangan beli tiket aj mentang2 bergaya glamor dan punya uang banyak. Kan percuma, kalau ternyata isi otaknya kosong, dan hanya ngomel-ngomel karena film “Jamila dan Sang Presiden” ternyata film yang berat dan perlu pemahaman lebih saat menontonnya. Ya pastilah dia bingung sendiri, dan ga tau film itu bercerita tentang apa, belum lagi yang gaya perfilmannya teater banget. Saran aja deh ya mbak, kalau mo nonton film komedi dan sedikit parno-parno gitu, ya tinggal liat aja yang bintang filmnya Tora Sudiro…hehee…Aku jamin, kamu ga salah milih film lagi deh, okey?

Ya sudahlah, semoga orang Indonesia makin cerdas aja dalam berfikir setiap kali mau melakukan kegiatan, meski itu hanya sekedar hang out nonton film di bioskop. Well, aku sih emang sering melakukan hal-hal bodoh dan sering bikin aku sendiri tertawa-tawa geli, tapi setidaknya itu bukan hal-hal yang menyangkut sisi akademis kok, karena ya emang otakku lumayan encer kok, tingkahku aja yang sering aneh-aneh, yang kadang ga ketulungan dan akhirnya aku kena getahnya sendiri,hehee. Kalau Galuh sih sudah sangat hafal dengan semua tingakah polahku itu. Kebodohanku terjadi setelah itu. Saat kami sudah hampir sampai di tangga escalator pun, aku tetap ngobrol dengan hebohnya with Galuh, sampai akhirnya kakiku dah menginjak ke escalator dan aku terbawa ke bawah. Padahal saat itu, aku dan galuh kan mau sholat maghrib dulu di mushola di lantai atasnya lagi. Galuh pun nyolek lenganku saat aku masih dijangkauannya, dan bilang “Woi…maghriban dulu”. Aku pun akhirnya mencoba untuk naik lagi di escalator yang mulai turun ke bawah, sayangnya aku gagal, dan terpaksa ikut turun dan pindah lagi ke escalator yang satunya menuju ke atas lagi. Memang kuakui, aku yang bodoh, karena aku yang mengajak sholat 5 menit sebelumnya dan aku sendirilah yang lupa, hehehe… Pernah kebayang ga , liat seorang cewek dengan badan tinggi besar, yang berusaha melawan arus escalator yang menuju ke bawah, sampai-sampai cewek itu ngos-ngosan sendiri karena ga berhasil?

Sadar dengan segala kelemotanku itu, aku tetap saja bersikap cuek. Meski diliatin banyak orang terutama yang ada di counter-counter makanan, aku tetap saja bersikap ga ada yang salah. Paling-paling juga mbak-mbak yang jualan es krim, ngiranya aku kurang bahagia di masa kecil, atau lebih parahnya mungkin aku ga tau escalator, so iseng main-main dengan naik-turun-naik-turun ga jelas,heheee…Tapi dibalik itu semua, aku paling sebal dengan sikap Galuh yang ga pernah nganggep aku temannya bahkan dia seolah-olah ga pernah kenal aku sebelumnya, kalau aku melakukan hal-hal bodoh seperti diatas. Dan sesampainya aku diatas, dia cuma bilang “Aduh, sorry ya nink, aku ga kenal kamu jee…” dan dia terus saja melenggang meninggalkanku ke musholla, tanpa mau aku barengi. Be-te….!

Ga cuma itu saja, si Galuh menertawakanku. Sehabis nonton, kita berdua balik deh ke kos, dan saat kita sedang melaukan ritual wajib sharing aktivitas kita masing-masing dengan adik2 kos atau lebih tepat disebut nggosip. Tiba-tiba Hp Galuh berbunyi, dan si Babe-nya minta dia pulang besok pagi-pagi naik pramex. Sebenarnya aku pingin banget pulang bareng Galuh, secara kita satu kota, maklum teman tinju-tinjuan sejak SMU. Sayangnya, laptopku yang ditempat mas Nana belum selesai di reparasi, dan aku juga belum pamit ma Mba Ache. Akhirnya aku pun merelakan galuh pulang pagi itu, dan aku naik pramex di sore harinya. Saat itu sudah terbayang di mataku, bagaimana garingnya naik pramex sendirian.

Tapi ternyata, justru diluar dugaan dan aku sungguh malu, bahkan Galuh saat aku sms tentang kisahku di pramex sore itu, dia hanya membalas “Huahahhahahaa…Thanks GOD, aku ga bareng kamu nink…”. Jadi begini ceritanya, siang itu jam 2, aku sudah di stasiun Balapan Solo, menunggu pramex yang datang dari Yogyakarta. Seperempat jam kemudian, kereta datang dan aku dah duduk manis ditempat yang cukup nyaman. Si pramex harus menuju ke stasiun Jebres dulu sebelum akhirnya balik lagi ke stasiun Balapan dan menuju Yogya kembali. Daripada aku menunggu dan pramex bakal penuh sesak setelah dari Jebres, maka akupun memilih menaiki si pramex sejak tibanya dia di stasiun Balapan. Sekembalinya si pramex dari stasiun Jebres dan berhenti lagi di balapan, kulihat 2 mahasiswa cewek dan cowok masuk ke gerbong yang aku tumpangi. Aku tau pasti kalau si cowok pasti dari Eropa, face nya aku hafal banget karena aku memang punya teman dari Perancis yang pernah ngasih tau tipical orang-orang Eropa. Sayangnya, aku ga bisa tau tepatnya di Eropa mana,hehee…

Kesan pertama yang kutangkap, mereka ga asyik. Si mbak-nya juga sepertinya lagi moodnya jelek banget, rasa-rasanya dia pingin banget segera pergi dari pramex, yang mungkin baginya sungguh mengenaskan kondisi perkereta-apian di Indonesia. Setelah ngebantu si embaknya naik, si cowok itu pun Cuma melirik saja ke arahku. Akupun Cuma melirik saja dari balik buku yang aku baca. Karena tempat duduk sudah penuh, si cowok dan cewek asing itu pun akhirnya hanya menduduki koper mereka, dan itu hanya berselang satu orang di samping kiriku. Karena keadaan juga sudah semakin sesak, aku berhenti dulu membaca bukuku, kucoba melihat-lihat orang asing ini. Dari kopernya kulihat, “MAL Airport”, so aku yakin banget si cewek ini adalah cewek Malaysia. Dari bahasanya memang ga bisa ketahuan dia dari Malaysia, karena memakai bahasa inggris yang bagus, tapi dari wajahnya, mirip orang Indonesia banget, dan itu makin meyakinkanku. Kalau dia pakai bahasa melayu-nya, aku yakin dalam sedetik, aku sudah tau kalau dia cewek mayasia dan bukannya Filiphina,heheee…

Nah, kalau si cowoknya, aku belum juga tau dia tepatnya dari mana, karena dikopernya, tidak menandakan apapun, tidak ada tempelan bekas pemeriksaan bandara gitu deh. Tapi, akhirnya akupun mengetahui juga saat dia ngomong pake bahasa English pada si cewek Malaysia itu. Bukan ucapan yang menyenangkan sih, tapi lebih tepatnya mengece diriku. Yah, walaupun aku ga canggih-canggih amat soal bahasa inggris, setidaknya aku tau mereka lagi ngomongin apa. Sesaat setelah mereka menduduki koper-kopernya, kereta sampai di stasiun Purwosari, stasiun paling barat di kota Solo. Tiba-tiba aja, puluhan orang menyerbu si pramex tanpa ampun, dan alhasil, kereta makin penuh sesak, sampai-sampai orang pada duduk dibawah tempat duduk atau langsung aja duduk dilantai kereta. Ternyata, pemandangan itu sangat asing bagi si cowok bule dan si cewek Malaysia itu. Belum lagi, yang duduk-duduk itu kebanyakan ibu-ibu paruh baya dengan banyak anak-anak kecilnya. Karena ga tega melihat ibu-ibu yang setua ibuku, akhirnya, akupun mempersilahkan si ibu itu duduk ditempat dudukku, dan aku lebih memilih berdiri. Sialnya, posisi berdiriku semakin tergeser ke samping kiriku dan mendekati si bule yang berdiri juga.

Seperti yang kukatakan diatas tadi, bagiku itu pemandangan pramex yang cukup biasa apalagi itu weekend. Namun tidak bagi si bule, dan karena saking deketnya, akupun mendengar komentar mereka. Si bule bilang pada si cewek Malaysia dalam bahasa englishnya yang ga fasih banget, persis orang Indonesia yang ngomong pake bahasa English medok,hehee…Dia bilang, (aku artiin ya).. ”Idiih, kenapa sih ini ibu-ibu tua duduk dilantai yang kotor banget gitu, cekikikan lagi, dasar udik banget sih orang Indonesia”. Begitulah kalau aku artikan dengan bahasa gaul kita. Sayangnya, yang ga njenengin adalah kalimat mereka setelah itu… “Ini lagi ada mbak-mbak, udah mukanya kusut banget, pake sweater lagi dihari siang bolong yang panas banget !”. Dan si bule bilang seperti itu tanpa tedeng aleng-aleng sambil cekikikan terus, lalu sesaat kemudian si embak Malaysia itupun menoleh padaku. Untungnya si embak ga begitu rese, dia ga ikut tertawa cekikan. Atau bisa jadi, karena kultur orang Malaysia yang lebih baik dari pada orang eropa yang terlalu terus terang, dan sak penak e dewe… ,

Meski aku cukup paham semua omongan mereka itu, sayangnya aku selalu mendapat pelajaran bahasa inggris yang baik dan benar, sehingga aku tak cukup kemampuan untuk misuh-misuh pake bahasa inggris. Dan galuh , yang memang anak fakultas inggris di kampus, juga ga pernah ngajarin bahasa inggris yang neko-neko padaku. Rasanya sih, anyel mangkel jengkel dan sejenisnya deh, sampai-sampai terbawa ke rumah. Bagaimana tidak coba? Udah di kereta selama 2 jam, harus berdiri, harus kegenjet-genjet sana sini dan sumpah deh, sesak nafasku saking sedikitnya oksigen, masih juga aku digosipin n diketawain orang asing gara-gara aku pake sweater. Mau tau alasanku kenapa pake sweater dihari siang bolong dengan panas suhu yang luar biasa panas? Alasannya cuma satu, aku ga mau masuk angin. Naik pramex itu kan anginnya kenceng banget, dan kata dokter emang kulit badanku tuh tipis sekali. Itu semua, sebenarnya karena kesalahan ibuku dan banyak orang Indonesia lainnya yang punya kebiasaan “kerokan” atau “kerikan”. Hal yang sangat-sangat tidak aku sarankan, wahai saudara-saudaraku, aku sudah tau persis akibatnya. Kita memang bakal sembuh dengan di kerik, tapi setelah itu aku jamin 100% , kalau kalian semua bakal sering banget kena yang namanya “Masuk Angin”, karena kulit tubuhmu menjadi sangat tipis dan pori-pori terbuka dengan lebarnya.

Aku sih sebenarnya, cuma mencoba mencegah dari masuk angin dan kebiasaan akan dikerokin ini. Fiuh, tapi nasib malah diketawain orang bule itu. Oya, aku tau, dia orang jerman, soalnya setelah kelakuannya itu, aku jadi makin cuek untuk ngeliatin dia terus ngomong ampe dia risih sendiri. Ya begitulah, aku banyak nguping obrolannya. Tapi sepertinya, mas bulenya ini emang cerewet abis, ampe-ampe si cewek Malaysia ini, cuma ngasih senyum aja buat nanggepin dia. Udah cerewet, yang dicerewetin juga hanya karena Indonesia yang ndeso banget dimatanya, dan Jerman yang serba wah banget dimatanya. Walau bahasa inggrisku belepotan, setidaknya aku jadi tau tanggepan orang jerman itu tentang Indonesia yang juga cuma bisa ngomentari pake bahasa inggris yang belepotan. So, intinya, jangan takut berbahasa inggris, cos orang Eropa pun ga bagus bahasa Inggrisnya, sama medoknya dengan kita,hehehe…(ga nyambung kan?)

Sesampainya dirumah, ak cuma mendapati sms Galuh yang hanya menertawakanku dengan segala kepolahanku itu. Well, it’s okey, toh roda berputar dan aku tak selamanya sial…Malamnya, mamiku tercinta ternyata mendatangkan tukang pijat untukku, dan juga untukknya sendiri. So, setelah segala keanyelan itu, aku pun menikmati pijatan yang mantap habis…Tapi yang ada tubuhku biru-biru semua, dan fakta yang ga pernah aku sangka, ternyata seluruh otot-otot dan urat-uratku ga pada di posisi yang benar, atau lebih tepatnya udah pada berpindah ke tempat yang salah. Aku jadi menyadari kalau itu semua yang menyebabkan aku selalu kesakitan sehabis main Softball waktu di Kalimantan Selatan. Tapi tak apalah, aku juga cuma berharap, semoga semua urat-urat syarafku tetap pada posisi yang benar so aku tetap “waras”. Kalian tau apa balasan sms Galuh, sewaktu aku ceritain itu semua ke dia? “Hahahaaaa…syarafmu itu ga ada yang salah tempat nink, emang posisinya itu udah ga bener gitu dari sono-nya…So, Emang udah ga sama dengan orang-orang yang waras…”

Buat Galuh : Thanks untuk selalu menganggapku teman baik saat aku membelikanmu tiket nonton bioskop, dan thanks untuk tidak pernah mau kenal apalagi jadi temanku saat aku bertingkah polah aneh,hiks hiks hiks…(Tau ga? Itu bikin aku makin semangat buat polah aneh-aneh terus didepanmu,hahahaa….)